Oleh: Arif Rasyidi
Gusti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani adalah putri cantik dari Mangkunegara, anak Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegoro VII. Di zamannya, ia dikenal sebagai putri tercantik. Ia suka sekali menunggang kuda, pandai main tenis dan pintar membuat sajak-sajak, baik dalam bahasa Belanda ataupun bahasa Indonesia.
Kecantikannya membuat terpukau banyak orang. Seorang Bung Karno, lelaki paling hebat di zaman Revolusi 1945 pun, pernah melamarnya, tapi ditolak. Begitu pula Sutan Sjahrir, lelaki Indonesia paling rasional dan brillian kecerdasannya, juga pernah tersungkur jatuh rindu, tenggelam dalam bayangan cinta Gusti Nurul Kamaril. Tapi Gusti Nurul Kamaril menolak semua lelaki hebat itu. Ia malah memilih lelaki yang sederhana, seorang kolonel yang tak memiliki ambisi, seorang tentara yang tak berniat menjadi panglima. Dialah Kolonel Raden Mas Surjosularso.
Kolonel Surjo adalah jenis tentara di balik meja. Bahkan bosnya, yakni Jenderal Nasution, pernah berkomentar tentangnya: “Dia tipikal sangat Jawa. Dia tak pernah bicara banyak. Bahkan, ketika dia hendak protes karena marah besar, dia hanya datang kepada saya dan diam lama sekali di depan saya.”
Akhirnya, seorang perempuan paling cantik di masa-nya, yang ketika berlatih kuda tiap sore di halaman Mangkunegara, selalu dilihat ratusan pemuda karena ingin melihat kecantikan Gusti Nurul, justru jatuh cinta pada seorang lelaki pendiam yang teramat sederhana. Dan, setelah menikah, Gusti Nurul hidup jauh dari kemewahan. Jauh dari kemewahan bangsawan dan berjarak pada kisah romantika cinta para bangsawan. Sikap cinta sederhana Gusti Nurul ini adalah sebuah laku, bahwa cinta itu sangat indah bila dibangun dengan cara yang sederhana, di mana pondasinya adalah kepercayaan.
Seperti yang ia ungkapkan dalam puisi karangannya ini. Puisi yang ia tulis dengan air mata basah, air mata yang membasahi bantalnya saat lelaki pujaannya terpaksa ia tinggalkan kerna ibunya tak menyukainya:
Kupu tanpa sayap
Tak ada di dunia ini
Mawar tanpa duri
arang ada atau boleh dikata tidak ada
Persahabatan tanpa cacat
Juga jarang terjadi
Tetapi cinta tanpa kepercayaan
Adalah suatu bualan terbesar di dunia ini
(Gusti Nurul Kamaril, Solo)
Kepada Gusti Nurul Kamaril, kita banyak belajar bahwa cinta tanpa kepercayaan adalah sebuah lelucon tanpa kelucuan. Cinta yang percaya adalah ibu dari segala ibu keindahan manusiawi.
Arif Rasyidi,
Graduan Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung.