Oleh: D’Hamdan.M
Arloji abadi?
Tanyanya,
peniti arloji itu berdetik,
memamah lewat usia senjanya,
merubah rupa fisiknya,
namun ingatan itu berlayar utuh di benak,
bermain-main di kolam ingatannya,
dia mendongak,
awan-awan hitam memenuhi ruang pandangnya,
seakan berkongsi rasa hati tua itu,
menjentik nakal relung ingatan itu,
mengundang hiba,
mengundang lara,
dalam pinggir pinggir kesedihan,
dalam bungkamnya kepiluan,
terlukis secalit senyuman syahdu,
menghiasi raut wajah yang dimamah usia,
memecah hati yang berteduh,
dalam keheningan kesal.
Bunyi cengkerik memecah kesunyian,
aroma gaharu menyentak lamunan,
alam seakan berkata,
Tuhan akan membeli taubat seorang hamba.
Awan mulai berarak,
mentari gagah di dada langit,
menghantar pesan,
arloji itu berdetik lagi.