Oleh: Rien Sd

Saya bukan menulis kuntuman pujangga,
tidak pula mengungkap,
dengan bibir merekah merah.
Saya sedang bertenggek di dahi perigi,
mencuri angin yang lalu lalang.
Saya terfikir,
kita banyak berseloka,
ketika gurindam tak mampu meredam,
ketika bertitah memaksa-maksa,
lagak mengacu keris ke mata.
Saya bertanya;
puisi siapa yang bercerita segala?
Mengapa derita berlenggok pujangga?
Mengapa maki cerca sekemas rima?
Mengapa bergocoh dengan jargon yang ruwet?
Kita tak tahu,
pujangga itu mengulit atau membelit,
atau cuma,
ungkap serangkap-serangkap,
lagak tikus memerhati perangkap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *